Kota Palopo, Sulawesi Selatan, kembali menghadapi cobaan berat setelah diterjang banjir bandang yang meluluhlantakkan sejumlah wilayah. Bencana yang terjadi pada Kamis malam, 28 Maret 2024, sekitar pukul 23.00 WITA, mengakibatkan ribuan warga terdampak dan kini kesulitan mengakses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Banjir bandang yang dipicu oleh luapan Sungai Latuppa akibat tingginya intensitas hujan, menerjang empat kecamatan di Kota Palopo, yaitu Mungkajang, Wara, Wara Timur, dan Wara Selatan. Ketinggian air mencapai lebih dari satu meter di beberapa titik, memaksa warga mengungsi dan merusak infrastruktur, termasuk jaringan air bersih.
Akibatnya, pasokan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Palopo terganggu signifikan. Air baku yang biasanya diolah menjadi air bersih bercampur dengan lumpur dan material banjir lainnya, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi maupun digunakan untuk keperluan sanitasi.
“Sudah beberapa hari ini kami kesulitan sekali mendapatkan air bersih. Sumur-sumur warga juga ikut terendam lumpur. Mau mandi, masak, atau sekadar cuci tangan saja susah,” keluh Ihwan (42), seorang warga Jalan Cikalang, Kecamatan Wara Timur, pada Sabtu, 30 Maret 2024. Ihwan menambahkan, warga terpaksa mengandalkan bantuan air bersih dari masjid terdekat, namun persediaan di sana pun semakin menipis karena banyaknya warga yang membutuhkan.
Pihak PDAM Kota Palopo melalui Humasnya, Novita Sari Basmin, mengakui adanya gangguan distribusi air bersih akibat banjir bandang. Mereka menyatakan bahwa kondisi air baku yang bercampur lumpur menjadi kendala utama dalam proses pengolahan. Meskipun demikian, PDAM berjanji akan terus berupaya maksimal untuk mendistribusikan air bersih menggunakan mobil tangki ke wilayah-wilayah terdampak, seperti Jalan Cakalang, Jenderal Sudirman, Ahmad Dahlan, dan Binturu.
Sementara itu, tim teknis PDAM juga tengah berupaya melakukan perbaikan pada instalasi pengolahan air yang mengalami kerusakan akibat banjir. Pemerintah Kota Palopo dan berbagai organisasi kemanusiaan juga mulai menyalurkan bantuan berupa air bersih dan kebutuhan pokok lainnya kepada warga yang terdampak.
Krisis air bersih ini menambah penderitaan warga Palopo yang sebelumnya telah kehilangan tempat tinggal dan harta benda akibat terjangan banjir bandang.